Tuesday, October 13, 2015
Cerpen Remaja "CIUMAN BIBIR (CIBI)"
C I B I
-Sebuah realita-
Do I have any right to blame Nina for what happened with Phil? Tulis Mr. Jack Gimmore dalam diary pribadinya.
Istriku yang kucintai telah bercinta
dengan orang lain. Pantaskah aku maafkan jika dia telah jujur mengakuinya dan
sangat menyesal, menangis, sampai mengeluarkan air mata yang paling jujur? Atau
mungkin lebih baik aku bunuh saja keduanya? Atau malah aku diamkan saja dan
mengurung diriku di dalam kamar menyesali diri atas semua kejadian yang sangat
menyakitkan itu?
-dipetik dari: Man About Town; @ film;
Ben Affleck-
***
"Aku sangat mencintaimu
Vi..", sambil mencium penuh gairah bibir basah yang pink itu. "Tapi
kamu jangan nakal ya! Jangan pernah lakukan ini dengan orang lain. Cukup
denganku saja!!", sambungku disela-sela kesibukanku menikmati hangatnya
bibir Vitri dan licin lidahnya yang menari-nari dalam mulutku.
Aku berhenti sejenak dari kegiatanku
untuk mengambil nafas. Kutatap dalam-dalam matanya.
"Selama kamu masih menjadi
kekasihku, atau paling tidak, selama aku menganggapnya begitu, jangan pernah
kamu cibi dengan orang lain ya!! Karena aku bakalan sulit menerima kenyataan
seperti itu. Lain cerita kalau kita sudah tak bersama lagi. Terserahlah kamu
mau melakukannya dengan siapapun!" Ucapku sangat serius.
Kulihat Vitri hanya diam, tersenyum
kecil, dan terpejam, tak mau menatapku.
Memang, cinta itu abstrak, tak bisa dilukiskan,
dan tempatnya hanya di hati saja. Tapi, mungkinkah cinta itu akan tumbuh subur
di sana dan menjadi nyata dalam setiap gerakan jika kita tahu bahwa orang yang
kita cintai melakukan ciuman bibir dengan orang lain?
Memang, ciuman bukanlah apa-apa. Memang,
ciuman hanyalah "salam" yang lebih hangat daripada jabat tangan.
Memang, ciuman tak akan membuat keperawanan/keperjakannya akan hilang. Dan
memang, hanya dengan ciuman tak akan membuat kekasih kita hamil dan menggandung
anak seseorang. Tapi, jika itu dilakukannya dengan orang lain, dan kita
melihatnya, atau paling tidak kita mengetahuinya, bisakah kita menerimanya
kembali sehangat dulu? Mampukah kita tetap mempertahankan hubungan itu dengan
dahan-dahan cinta yang tetap berputik, berbuah, dan menjadi ranum?
Sebenarnya, berapa harga sebuah ciuman
bibir? Jika itu dilakukan dengan orang lain, bisakah dibarter dengan kata maaf
yang sangat tulus, air mata yang paling jujur, dan mengatakan bahwa itu
hanyalah sebuah kesalahan dan berjanji tak akan melakukannya lagi?
Cukupkah itu semua membuat hubungan
menjadi sehangat dulu? Mampukah kita tetap mencium bibirnya ketika bertemu?
Padahal kita tahu bahwa bibir itu pernah dilumat seseorang.
Ketika musim cinta tiba semuanya begitu
hangat. Bagi seorang laki-laki, apapun akan dilakukannya demi membahagiakan
orang yang disayang. Melewati hujan yang sangat deras untuk membelikan nasi
bungkus buat kekasihnya yang tercinta pun dilakukannya--Ini yang pernah
dilakukan oleh sahabatku Roni--Padahal aku tahu bahwa dia sendiri belum makan,
dan celakanya lagi, itu adalah uang terakhirnya.
Berputar-putar dari mall ke mall, turun
naik elevator, demi mencari boneka untuk hadiah ulang tahun orang yang
dikasihi--ini yang pernah aku lakukan--padahal ketika ulang tahun adikku, aku
hanya mengirimkan ucapan met ultah via sms dan mengajaknya makan nasi uduk
kesukaannya.
Rela dipotong gajinya demi membayar
kredit motor kekasihnya--ini yang pernah dilakukan oleh temanku Vidi--padahal
untuk kebutuhan bulanannya saja tak cukup. Jadilah tiap bulannya dia gali
lubang-gali lubang, tak sempat menutup.
Semuanya itu hanyalah pengorbanan yang
"tak berasa", atau malah tak bisa disebut sebagai sebuah pengorbanan.
Karena memang begitulah seharusnya. Tak jadi masalah! Lelaki suka melakukan
hal-hal semacam itu. Tak diminta sekalipun akan tetap dilakukannya untuk
menunjukkan berapa besar cintanya.
Tapi, ketika musim selingkuh tiba,
akankah itu tetap dilakukan? Bukankah semua itu menjadi sebuah pengorbanan yang
sangat tolol? Tidakkah kita akan merasa menjadi orang yang paling bodoh di
dunia karena melakukan itu semua? Tidakkah kita akan mengambil kalkulator dan
mulai menghitung angka-angka pengorbanan yang pernah kita lakukan?
***
Aku teringat lirik lagu Kangen Band,
"Kamu dimana? Sama siapa? Semalam berbuat apa?". Serentetan
pertanyaan yang penuh rasa curiga dan hanya akan ditanyakan oleh kekasih yang
posesif dan over protected. Tak seorang kekasihpun mau mendengarkannya,
apalagi menjawabnya. Tapi kelihatannya harus mulai ditanyakan jika kita mulai
merasakan ada yang tak beres.
Sebenarnya,
aku sangat membenci grup band Kangen ini, begitu juga dengan lagu-lagunya.
Tapi, kenapa ya, akhir-akhir ini aku jadi sering menyanyikan lagu sampah
ini?***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment
Pengunjung yang baik tidak akan meletakkan link hidup di kolom komentar!
Please dont put your link in comment box.