Wednesday, June 15, 2016
Janda Ummul Mukminin Itu Bersedekah dengan Hidupnya
Sepeninggal Rasulullah SAW, istrinya tercinta Aisyah RA, menjadi janda ummul mukminin. Beliau hidup dalam kesederhanaan, kalau kita enggan menyebutnya sebagai kemiskinan. Seringkali pakaian yang dipakainya penuh dengan tambalan. Hari-hari panjang dijalankan dengan berpuasa tanpa kepastian ada makanan dan minuman untuk berbuka.
Namun, dalam keadaannya yang seperti itu apakah beliau menjadi enggan bersedekah? Mari kita lihat apa yang beliau lakukan untuk menjadi contoh teladan bagi kita saat ini yang selalu berpakaian bagus dan perut terisi penuh, kekenyangan.
Pada suatu hari Aisyah RA pernah mendapatkan hadiah dari para dermawan sebesar 200 dirham yang terisi dalam 2 kantung. Satu dirham pada masa itu sama dengan Rp 70.000 pada saat ini. Jadi, jumlah sedekah yang diterima Aisyah pada hari itu kira-kira sebesar Rp 14 milyar.
Namun, dalam keadaannya yang seperti itu apakah beliau menjadi enggan bersedekah? Mari kita lihat apa yang beliau lakukan untuk menjadi contoh teladan bagi kita saat ini yang selalu berpakaian bagus dan perut terisi penuh, kekenyangan.
Pada suatu hari Aisyah RA pernah mendapatkan hadiah dari para dermawan sebesar 200 dirham yang terisi dalam 2 kantung. Satu dirham pada masa itu sama dengan Rp 70.000 pada saat ini. Jadi, jumlah sedekah yang diterima Aisyah pada hari itu kira-kira sebesar Rp 14 milyar.
Baca juga : Ketahuilah, Perbedaan Mencari Rezeki Dengan Menjemput Rezeki
Mendapat uang sebanyak itu apakah beliau menjadi senang, bersuka cita, lalu menyimpannya, dan menghabiskannya sedikit demi sedikit untuk keperluan hidup dan kesenangan dirinya? Ternyata beliau sama sekali bukanlah orang yang seperti itu.
Sesaat setelah beliau menerima hadiah itu, dalam perjalanan pulang beliau membagi-bagikan semua hadiah yang dia terima kepada fakir miskin. Dalam beberapa jam saja uang itu habis tak bersisa. Padahal pada saat itu beliau sedang berpuasa dan tak memiliki makanan untuk berbuka, kecuali hanya sepotong roti kering saja.
Ketika sampai waktu Maghrib beliau ingin berbuka dan berucap kepada pembantunya, "Bawalah makanan dan minuman yang ada untuk aku berbuka".
Tak lama, pembantunya segera membawakan sepotong roti kering dan sedikit minyak zaitun.
Mendapat uang sebanyak itu apakah beliau menjadi senang, bersuka cita, lalu menyimpannya, dan menghabiskannya sedikit demi sedikit untuk keperluan hidup dan kesenangan dirinya? Ternyata beliau sama sekali bukanlah orang yang seperti itu.
Sesaat setelah beliau menerima hadiah itu, dalam perjalanan pulang beliau membagi-bagikan semua hadiah yang dia terima kepada fakir miskin. Dalam beberapa jam saja uang itu habis tak bersisa. Padahal pada saat itu beliau sedang berpuasa dan tak memiliki makanan untuk berbuka, kecuali hanya sepotong roti kering saja.
Ketika sampai waktu Maghrib beliau ingin berbuka dan berucap kepada pembantunya, "Bawalah makanan dan minuman yang ada untuk aku berbuka".
Tak lama, pembantunya segera membawakan sepotong roti kering dan sedikit minyak zaitun.
Baca juga : Korupsi dan Mencuri Sama Sekali Tak Menambah Rezeki
“Adakah makanan yang lebih baik daripada ini?” tanya beliau.
“Andai tadi engkau menyisakan satu dirham saja, tentu kita dapat membeli sekerat daging,” jawab pembantunya.
“Mengapa engkau baru mengatakan itu sekarang? Andai saja tadi engkau meminta, tentu saya akan memberi kamu satu dirham,” kata Aisyah ra. (Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal, hlm. 679).
“Adakah makanan yang lebih baik daripada ini?” tanya beliau.
“Andai tadi engkau menyisakan satu dirham saja, tentu kita dapat membeli sekerat daging,” jawab pembantunya.
“Mengapa engkau baru mengatakan itu sekarang? Andai saja tadi engkau meminta, tentu saya akan memberi kamu satu dirham,” kata Aisyah ra. (Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal, hlm. 679).
Sahabat Populer, pelajaran apa yang bisa kita ambil dari tauladan indah dari istri kesayangan Rasul ini? Beliau bahkan tak meninggalkan sedikit saja hadiah yang didapat sebegitu besar untuk dirinya sendiri. Bukan untuk kesenangan tapi untuk keperluannyapun tidak.
Pada hari yang lain, beliau menjalankan puasa seperti biasanya. Hari itu beliau memiliki sepotong roti untuk berbuka nanti. Selain dari roti itu beliau tak memiliki makanan lain.
Namun ternyata roti itupun bukanlah rezeki beliau. Sebelum tiba waktu berbuka datanglah seorang lelaki miskin yang meminta sedikit makanan kepadanya. Beliau segera memerintahkan pembantunya untuk memberikan sepotong roti itu kepada lelaki miskin tersebut. Pembantunya berkata, “Jika kita memberikan roti ini kepada orang itu, berarti kita tidak memiliki makanan untuk berbuka.”
“Biar saja, berikan saja roti itu kepada dia,” jawab beliau dengan tegas. (Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal, hlm. 679).
***
Sungguh... adakah manusia mulia seperti beliau yang hidup pada zaman kita saat ini? Bersedakah dengan hidupnya demi kemaslahatan hidup orang lain, demi mencari ridha Allah SWT.
Pada hari yang lain, beliau menjalankan puasa seperti biasanya. Hari itu beliau memiliki sepotong roti untuk berbuka nanti. Selain dari roti itu beliau tak memiliki makanan lain.
Namun ternyata roti itupun bukanlah rezeki beliau. Sebelum tiba waktu berbuka datanglah seorang lelaki miskin yang meminta sedikit makanan kepadanya. Beliau segera memerintahkan pembantunya untuk memberikan sepotong roti itu kepada lelaki miskin tersebut. Pembantunya berkata, “Jika kita memberikan roti ini kepada orang itu, berarti kita tidak memiliki makanan untuk berbuka.”
“Biar saja, berikan saja roti itu kepada dia,” jawab beliau dengan tegas. (Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal, hlm. 679).
***
Sungguh... adakah manusia mulia seperti beliau yang hidup pada zaman kita saat ini? Bersedakah dengan hidupnya demi kemaslahatan hidup orang lain, demi mencari ridha Allah SWT.
Baca juga : Kisah Panglima Perang yang di Pecat Karena Tak Pernah Berbuat Kesalahan
Andaikan kita belum mampu sehebat beliau setidaknya marilah kita belajar sedikit demi sedikit. Yakinlah bahwa dengan bersedekah kita tidak akan kekurangan. Karena janji Allah itu pasti,
Andaikan kita belum mampu sehebat beliau setidaknya marilah kita belajar sedikit demi sedikit. Yakinlah bahwa dengan bersedekah kita tidak akan kekurangan. Karena janji Allah itu pasti,
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)”.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment
Pengunjung yang baik tidak akan meletakkan link hidup di kolom komentar!
Please dont put your link in comment box.