Tuesday, April 19, 2016
Bolehkah Berwudhu Dimulai dari Kaki? Ini Penjelasannya
Salah satu perkara yang wajib diketahui dan dikuasi oleh umat muslim ialah bersuci (taharah). Terutama sebelum mengerjakan shalat, wajiblah kita bersuci (berwudhu) terlebih dahulu. Tidak sah shalat seorang muslim apabila sebelumnya dia tidak berwudhu. Ingatlah selalu bahwa Allah itu suci dan Dia sangat menyukai kesucian.
Seperti yang sudah disampaikan di atas bahwa salah satu cara bersuci dalam islam ialah dengan cara berwudhu. Yaitu membasuh bagian tubuh tertentu dengan mencucinya dengan air. Tata cara berwudhu sudah di diterangkan Allah dalam surat Almaidah ayat 6 yang berbunyi,
Nah, dari sini terjadi pertentangan antara 2 orang imam besar dalam Islam yaitu Imam Syafi'i dan Imam Abu Hanifah.
Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa berwudhu itu boleh saja dimulai dari tangan, kaki, atau kepala. Karena, menurut beliau, kata penghubung yang digunakan di sini adalah "dan" (dalam bahasa Arab ditandai dengan huruf "wa"), bukan kata "lalu". Jadi, bukan menyatakan perurutan.
Ini sama halnya jika ibu kita berpesan, "Bersihkan kamar, dan gudang, dan ruang tamu, dan masaklah nasi, dan pergilah berbelanja ke pasar."
Kita boleh saja membersihkan ruang tamu terlebih dahulu, lalu pergi berbelanja. Malah kita boleh membersihkan kamar sambil memasak nasi. Yang terpenting, semua perintah ibu selesai maka terpenuhilah kewajiban kita.
Namun, Imam Syafi'i berpendapat lain. Beliau lebih menekankan pada tertib pelaksanaan wudhu. Beliau tidak menafsirkan perintah Allah itu merupakan sebuah perurutan. Sebab, apabila Allah menekan perurutan pastilah Dia akan memerintah kita untuk membasuh kepala, dan muka, dan tangan, dan kaki. Berurut dari atas hingga ke bawah. Tapi, di sini Allah memerintahkan kita untuk membasuh muka, dan tangan, dan kepala, dan kaki. Jadi, menurut penafsiran beliau, Allah sudah mensinyalir tertib berwudhu itu di mulai dari wajah, dan tangan, dan seterusnya. Meskipun tidak menggunakan kata "lalu".
Di sini penulis tidak ingin merancukan, apalagi mengacaukan, apa yang sudah lazim dilaksanakan oleh masyarakat muslim sedunia. Penulis sendiri berwudhu dimulai dari muka, tangan, kepala, dan kaki. Persis seperti apa yang dikatakan Allah dalam Alquran. Namun, penulis bersifat openmind terhadap orang-orang yang berwudhu dengan cara yang berbeda. Karena perbedaan itu baik dan sah sejauh tidak menimbulkan perpecahan.
Lagipula perintah Allah itu bukan 5 + 5 = berapa? Karena jawabannya sudah pasti, 10. Tapi, Allah selalu openmind dengan cara manusia melaksanakan perintah-Nya. Jadi jawaban atas pertanyaan-Nya selalu bersifat luas. Dia akan bertanya 10 = berapa + berapa? Nah, bisa banyak 'kan jawabannya.
Seperti yang sudah disampaikan di atas bahwa salah satu cara bersuci dalam islam ialah dengan cara berwudhu. Yaitu membasuh bagian tubuh tertentu dengan mencucinya dengan air. Tata cara berwudhu sudah di diterangkan Allah dalam surat Almaidah ayat 6 yang berbunyi,
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki."
Nah, dari sini terjadi pertentangan antara 2 orang imam besar dalam Islam yaitu Imam Syafi'i dan Imam Abu Hanifah.
Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa berwudhu itu boleh saja dimulai dari tangan, kaki, atau kepala. Karena, menurut beliau, kata penghubung yang digunakan di sini adalah "dan" (dalam bahasa Arab ditandai dengan huruf "wa"), bukan kata "lalu". Jadi, bukan menyatakan perurutan.
Ini sama halnya jika ibu kita berpesan, "Bersihkan kamar, dan gudang, dan ruang tamu, dan masaklah nasi, dan pergilah berbelanja ke pasar."
Kita boleh saja membersihkan ruang tamu terlebih dahulu, lalu pergi berbelanja. Malah kita boleh membersihkan kamar sambil memasak nasi. Yang terpenting, semua perintah ibu selesai maka terpenuhilah kewajiban kita.
Namun, Imam Syafi'i berpendapat lain. Beliau lebih menekankan pada tertib pelaksanaan wudhu. Beliau tidak menafsirkan perintah Allah itu merupakan sebuah perurutan. Sebab, apabila Allah menekan perurutan pastilah Dia akan memerintah kita untuk membasuh kepala, dan muka, dan tangan, dan kaki. Berurut dari atas hingga ke bawah. Tapi, di sini Allah memerintahkan kita untuk membasuh muka, dan tangan, dan kepala, dan kaki. Jadi, menurut penafsiran beliau, Allah sudah mensinyalir tertib berwudhu itu di mulai dari wajah, dan tangan, dan seterusnya. Meskipun tidak menggunakan kata "lalu".
Di sini penulis tidak ingin merancukan, apalagi mengacaukan, apa yang sudah lazim dilaksanakan oleh masyarakat muslim sedunia. Penulis sendiri berwudhu dimulai dari muka, tangan, kepala, dan kaki. Persis seperti apa yang dikatakan Allah dalam Alquran. Namun, penulis bersifat openmind terhadap orang-orang yang berwudhu dengan cara yang berbeda. Karena perbedaan itu baik dan sah sejauh tidak menimbulkan perpecahan.
Lagipula perintah Allah itu bukan 5 + 5 = berapa? Karena jawabannya sudah pasti, 10. Tapi, Allah selalu openmind dengan cara manusia melaksanakan perintah-Nya. Jadi jawaban atas pertanyaan-Nya selalu bersifat luas. Dia akan bertanya 10 = berapa + berapa? Nah, bisa banyak 'kan jawabannya.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Siapa yg mengeluarkan fatwa berdasarkan akal dan nafsunya maka bersiap2lah tempatnya di neraka (hadits)
ReplyDelete