Thursday, June 23, 2016
Kisah Imam Besar yang Menampung Air Rembesan Toilet Nasrani
Setelah kepemerintahan Khulafaur Rasyidin berakhir, atau yang lazim di sebut dengan era tabi'in, di kota Baserah, Irak, hiduplah seorang ulama besar yang bernama Imam Hasan Al Bashri. Beliau adalah ulama tabi'in terkemuka. Beliau dikenal sebagai ulama yang berjiwa besar dan selalu mengamalkan apa yang beliau ajarkan dengan memberikan contoh teladan yang baik, uswatun khasanah.
Meskipun menyandang predikat sebagai ulama besar tapi beliau jauh dari sifat sombong. Kehidupan dunia dijalani dengan sederhana dan berbuat baik dengan semua orang dari semua kalangan. Oleh karena itu beliau dicintai oleh rakyat kecil dan disegani oleh orang-orang besar.
Imam Hasan Al Bashri tinggal di sebuah rumah susun yang sederhana. Beliau bertetangga dengan seorang nasrani yang tinggal dilantai atas rumahnya. Tetangganya ini, si nasrani, memiliki toilet tempat buang air kecil yang letaknya persis di atas kamar tidur Sang Imam. Dia tidak tahu bahwa pipa saluran pembuangan air toiletnya sudah bocor. Jadi, setiap dia buang air kecil sebagian airnya merembes dan menetes ke kamar tidur Imam Hasan Al Bashri. Bisa kita bayangkan betapa menjijikkannya air yang jatuh itu.
Sebagian besar dari kita pastilah akan cepat-cepat memberitahukan tentang keadaan buruk itu kepada tetangga tersebut sesegera mungkin. Tak perlu menunggu sehari atau dua hari. Tentu saja kita akan dengan lancang mendatangi dan menggedor pintunya dengan raut muka yang tidak sedap dilihat karena marah. Apalagi orang yang melakukan itu adalah seorang nasrani, kaum minoritas pada masa itu.
Meskipun menyandang predikat sebagai ulama besar tapi beliau jauh dari sifat sombong. Kehidupan dunia dijalani dengan sederhana dan berbuat baik dengan semua orang dari semua kalangan. Oleh karena itu beliau dicintai oleh rakyat kecil dan disegani oleh orang-orang besar.
Imam Hasan Al Bashri tinggal di sebuah rumah susun yang sederhana. Beliau bertetangga dengan seorang nasrani yang tinggal dilantai atas rumahnya. Tetangganya ini, si nasrani, memiliki toilet tempat buang air kecil yang letaknya persis di atas kamar tidur Sang Imam. Dia tidak tahu bahwa pipa saluran pembuangan air toiletnya sudah bocor. Jadi, setiap dia buang air kecil sebagian airnya merembes dan menetes ke kamar tidur Imam Hasan Al Bashri. Bisa kita bayangkan betapa menjijikkannya air yang jatuh itu.
Sebagian besar dari kita pastilah akan cepat-cepat memberitahukan tentang keadaan buruk itu kepada tetangga tersebut sesegera mungkin. Tak perlu menunggu sehari atau dua hari. Tentu saja kita akan dengan lancang mendatangi dan menggedor pintunya dengan raut muka yang tidak sedap dilihat karena marah. Apalagi orang yang melakukan itu adalah seorang nasrani, kaum minoritas pada masa itu.
Baca juga : Janda Ummul Mukminin Itu Bersedekah dengan Hidupnya
Namun ternyata tidak demikian halnya dengan imam besar yang zuhud ini. Beliau dengan sabar menghadapi air kotor, najis, yang berbau itu. Beliau meminta isterinya untuk menaruh ember kecil tepat di bawah tetesan air yang merembes itu untuk menampungnya.
Bisa kita bayangkan betapa rendah hatinya sang Imam. Orang besar, terpandang, dan memiliki kedudukan mulia di masyrakat memilih menutup mulut dengan keadaan seperti itu.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Kurang lebih hampir dua puluh tahun keadaan menjijikkan itu terus berlanjut tanpa diketahui oleh si Nasrani. Sang Imam dan keluarganya tetap mengunci mulutnya rapat-rapat. Tak ingin menyinggung perasaan tetangganya. Dia ingin benar-benar mengamalkan sabda Rasulullah SAW.,
Namun ternyata tidak demikian halnya dengan imam besar yang zuhud ini. Beliau dengan sabar menghadapi air kotor, najis, yang berbau itu. Beliau meminta isterinya untuk menaruh ember kecil tepat di bawah tetesan air yang merembes itu untuk menampungnya.
Bisa kita bayangkan betapa rendah hatinya sang Imam. Orang besar, terpandang, dan memiliki kedudukan mulia di masyrakat memilih menutup mulut dengan keadaan seperti itu.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Kurang lebih hampir dua puluh tahun keadaan menjijikkan itu terus berlanjut tanpa diketahui oleh si Nasrani. Sang Imam dan keluarganya tetap mengunci mulutnya rapat-rapat. Tak ingin menyinggung perasaan tetangganya. Dia ingin benar-benar mengamalkan sabda Rasulullah SAW.,
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya."
Hampir setiap hari Sang imam dan keluarganya membuang air yang ada di dalam ember penampung itu apabila telah penuh, untuk kemudian ditampung lagi dengan ember yang kosong.
Suatu hari Sang Imam berhati mulai ini jatuh sakit. Sakitnya agak parah. Sehingga beliau hanya bisa berbaring saja di dalam kamarnya.
Kabar tentang sakitnya sang imam besar ini tersebar di kota Baserah. Banyak orang yang datang membesuk dari berbagai kalangan masyarakat. Sebagai tetangga yang baik, tentu saja si nasrani juga ikut menjenguk keadaan Sang Imam. Dia langsung masuk ke kamar Imam Hasan Al Bashri.
Namun apa yang dilihatnya di dalam kamar sang imam sungguh tidak disangka-sangak. Ia melihat ada air yang terus-menerus menetes dari atas loteng ke dalam kamar sang Imam. Ia melihat dengan seksama, ternyata tetesan air yang terkumpul dalam wadah itu adalah air kencing.
Baca juga : Kisah Panglima Perang yang di Pecat Karena Tak Pernah Berbuat Kesalahan
Si nasrani langsung menyadari bahwa air kencing itu merembes dari kamar kecilnya yang terletak persis diatas loteng kamar tidur sang imam. Dia betul-betul malu dan bercampur heran, kenapa Imam Hasan Al Bashri tidak memberitahukan keadaan itu padanya.
"Imam, sejak kapan Engkau bersabar dengan tetesan air kencing kami ini?" tanya si tetangga.
Imam Hasan Al Bashri diam tidak menjawab. Beliau hanya tersenyum. Beliau tidak mau membuat tetangganya itu merasa tidak enak.
"Imam, katakanlah dengan jujur sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing ini?" ulang tetangganya lagi.
"Sejak dua puluh tahun yang lalu," jawab Imam Hasan Al Bashri dengan suara parau.
"Kenapa kau tidak memberitahuku?"
Imam Hasan Al Bashri berusaha bangun untuk duduk dengan segenap kekuatannya. Beliau berucap, "Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu memuliakan tetangga, beliau bersabda, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya!"
Si nasrani tertegun mendengar jawaban sang imam. Lama dia terdiam. Rasa sedih, malu, penasaran, tertarik, dan kagum berbuncah-buncah didadanya. Dia goyah, dan tak dapat menahan air mata yang keluar.
Beberapa saat kemudian tiba-tiba si nasrani memeluk Imam Hasan Al Bashri dengan pelukan erat.
Sambil terisak dan bercucuran air mata dia berbisik ketelinga Imam Hasan Al Bashri, "Ashadualla Ilahailallah, Wa'ashadu anna Muhammad Rasulullah."
"Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar." jawab sang Imam menangis gembira sambil memeluk kembali si nasrani yang kini sudah menjadi mualaf.
***
Si nasrani langsung menyadari bahwa air kencing itu merembes dari kamar kecilnya yang terletak persis diatas loteng kamar tidur sang imam. Dia betul-betul malu dan bercampur heran, kenapa Imam Hasan Al Bashri tidak memberitahukan keadaan itu padanya.
"Imam, sejak kapan Engkau bersabar dengan tetesan air kencing kami ini?" tanya si tetangga.
Imam Hasan Al Bashri diam tidak menjawab. Beliau hanya tersenyum. Beliau tidak mau membuat tetangganya itu merasa tidak enak.
"Imam, katakanlah dengan jujur sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing ini?" ulang tetangganya lagi.
"Sejak dua puluh tahun yang lalu," jawab Imam Hasan Al Bashri dengan suara parau.
"Kenapa kau tidak memberitahuku?"
Imam Hasan Al Bashri berusaha bangun untuk duduk dengan segenap kekuatannya. Beliau berucap, "Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu memuliakan tetangga, beliau bersabda, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya!"
Si nasrani tertegun mendengar jawaban sang imam. Lama dia terdiam. Rasa sedih, malu, penasaran, tertarik, dan kagum berbuncah-buncah didadanya. Dia goyah, dan tak dapat menahan air mata yang keluar.
Beberapa saat kemudian tiba-tiba si nasrani memeluk Imam Hasan Al Bashri dengan pelukan erat.
Sambil terisak dan bercucuran air mata dia berbisik ketelinga Imam Hasan Al Bashri, "Ashadualla Ilahailallah, Wa'ashadu anna Muhammad Rasulullah."
"Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar." jawab sang Imam menangis gembira sambil memeluk kembali si nasrani yang kini sudah menjadi mualaf.
***
Sahabat Populer, Imam Hasan Al Bashri, orang besar terpandang, ulama tabi'in terkemuka, punya kedudukan mulia di masyarakat, dihormati, dan disegani, telah memberikan pelajaran kepada kita dengan contoh teladan yang mulia. Beliau mampu berlaku sedemikian rendah hati demi untuk memuliakan tetangganya. Dia bertahan dengan keadaan yang sangat menjijikkan itu dengan tetap mengunci mulutnya dan keluarganya agar tetangganya tidak tersinggung.
Apa yang telah kita lakukan demi untuk memuliakan tetangga kita? Pengorbanan apa yang telah kita berikan agar tetangga kita tidak tersinggung?
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment
Pengunjung yang baik tidak akan meletakkan link hidup di kolom komentar!
Please dont put your link in comment box.